Sabtu, 19 November 2011

Pacitan: The Hidden Paradise

Kuthoku, cedhak laut akeh gunung-gununge…
Kuthoku, yen diroso aman nentremake….
Kali Grindulu ing tengahe…
Banget ambane banget dawane..
Ha… ha… ha….
Pacitan..


Sepenggal bait di atas merupakan bagian dari lagu lokal Pacitan yang sempat populer sekitar  tahun 2005. Judulnya pun berasal dari satu-satunya sungai “besar” yang membelah Kota Pacitan. Yah, mungkin karena saat itu banyak radio lokal yang memutar dan  bahkan membuat kompetisi untuk menyanyikan lagu itu, jadi mau tidak mau saya menjadi familiar dengannya. Lirik-liriknya memang sederhana, namun di balik kesederhanaan itu  ia  menggambarkan kehidupan masyarakat Pacitan yang sebenarnya. Paling tidak, itulah pandangan saya, pandangan tentang Kota Pacitan, sebuah kota kecil yang orang tidak banyak tahu tentangnya, namun sejatinya menyimpan sejuta pesona.

Pacitan berada di area Jawa Timur yang disebut daerah Mataraman bersama Ponorogo, Madiun, Magetan, Ngawi, Trenggalek dll (saya tidak tahu -,-a). Saya tidak tahu juga kenapa daerah ini disebut demikian, mungkin karena dulunya daerah-daerah tersebut termasuk ke dalam wilayah kerajaan Mataram. Mungkin itu juga yang menyebabkan masyarakat Pacitan, termasuk saya, lebih familiar dengan bahasa “kulonan” dan blangkon ketimbang Suroboyoan dan udeng (referensi liat Riyan Punya Kabar). Bagian utara kabupaten Pacitan dibatasi oleh Ponorogo. Jalur utama dari Pacitan ke arah timur harus melalui jalur Pacitan-Ponorogo yang berliku-liku dengan banyak tikungan tajam. Disalah satu sisi jalan akan tampak jurang  sementara di sisi lainnya dibatasi oleh tebing-tebing batu yang menjulang. Faktor geografis inilah yang sering menjadi kendala transportasi di Pacitan, namun  jangan salah, pemandangan di sekitar jalur ini sungguh mengagumkan ;). 

 Gerbang masuk ke Kabupaten Pacitan

Mungkin kita berpikir ketika memasuki suatu kabupaten tertentu pastilah disambut dengan gerbang yang menjulang di perbatasannya, gapura megah dengan tulisan “Selamat Datang di Kota X” misalnya. Tapi hal ini tidak akan ditemui di perbatasan Pacitan dan Ponorogo. Papan seperti di gambar di atas lah yang akan ditemui, tepatnya di sebelah kanan jalan jika dari arah Ponorogo. Baru ketika menginjak di seputaran Kota Pacitan, gerbang konvensional itu akan ditemui. Hal ini sebenarnya tidak  penting untuk di bahas sih, tapi gak ada salahnya berbagi informasi.

Gerbang masuk Kota Pacitan

Di belahan bumi Pacitan yang lain, jalur barat yang menuju ke arah Jawa Tengah terdiri dari dua jalur, yakni jalur selatan yang cenderung lebih jauh  namun dengan tikungan dan tanjakan yang lebih landai. Melalui jalur ini akan tampak Teluk Pacitan dari sisi samping. Melalui jalur ini pula akan di lewati sebuah tempat yang bernama Lo Denok dimana dari tempat ini akan bisa dilihat kota Pacitan dari ketinggian. Hmm… akan lebih terasa mantap jika dilihat pada malam hari dimana lampu-lampu telah menghiasi seluruh kota.  Sementara yang kedua  jalur Sedeng, yang lebih pendek sebenarnya namun memiliki tikungan dan tanjakan yang sangat tajam. Bus tidak akan bisa melewati jalur ini. Apapun jalurnya, yang pasti kedua jalur ini berkelok-kelok (menurut saya malah lebih berkelok daripada jalur timur, paling tidak, saya tidak pernah mabuk darat di jalur timur, sementara di jalur barat,… ehem ehem…). Saya sarankan membawa kresek bagi yang tidak terbiasa ;). 
Gerbang masuk Kota Pacitan dari Jawa Tengah

Menurut situs resmi Pemerintah Kabupaten Pacitan, ada 3 jalur utama menuju Pacitan:

Via Surabaya ( Bandara Juanda ),  selanjutnya dengan kendaraan darat dari Surabaya ke Pacitan + 340   km melalui Mojokerto - Jombang - Nganjuk - Madiun - Ponorogo - Pacitan dengan waktu tempuh 6 jam.

Via Yogyakarta ( Bandara Adisucipto ), selanjutnya dengan kendaraan darat sejauh 108 km, melalui Wonosari - Pracimantoro - Giri belah - Punung - Pacitan dengan waktu tempuh + 3 jam.

Via Surakarta ( Bandara Adisumarmo ),  selanjutnya dengan kendaraan darat sejauh +  110 km, melalui Sukoharjo - Wonogiri - Baturetno - Giriwoyo - Donorojo - Punung - Pacitan dengan waktu tempuh +  3 jam.
  
Kota ini memang terletak relatif jauh dengan pusat Provinsi Jawa Timur (baca: Surabaya). Letaknya berada persis di ujung barat daya Jawa Timur, dibatasi Laut Hindia dibagian selatan dan dikelilingi aleh Pengunungan Sewu di utara  yang menyebabkannya seakan “terisolir” dari hingar bingar kemajuan provinsi ini. Pabrik-pabrik dan industri besar layaknya di Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Pasuruan dan beberapa daerah industri  tentu tidak bakal ditemukan disana. Pabrik sih ada seperti pabrik timah rokok, triplek, tapi kapasitas produksinya terbatas mengingat infrastruktur Pacitan yang juga terbatas. Semoga saja Jalur Lintas Selatan (JLS) yang sekarang ini dibangun segera rampung pengerjaannya.


Di Pacitan, bahkan di Kotanya bisa dirasakan suasana begitu tenang. Tidak bakal ditemui hiruk pikuk kemacetan, motor-motor yang saling menerjang keramaian dan bunyi klakson yang bersahut-sahutan (kecuali kalau ada kampanye :o). Semua begitu tenang disini. Jarang bisa menemukan suasana seperi ini di Surabaya. Suasananya begitu menentramkan.  Namun kondisi ini memiliki keistimewaan tersendiri. Kondisi Pacitan yang sepi dan penerangan yang tidak seterang kota besar menyebabkan pada beberapa waktu tertentu terasa begitu istimewa. Sebut saja waktu agustusan, dimana hampir semua rumah di sini memasang aneka lampu hias warna-warni di depan rumahnya. Semuanya tampak indah saat itu. Bahkan saat pulang kemarin, dengan semangat menggebu-gebu saya juga ikut memasangnya di depan rumah, dan tetap terpasang hingga lebaran, hahaha (tertawa bangga). Saya rasa jika hal ini dilakukan di kota besar, rasanya tidak akan istimewa, karena semua telah begitu gemerlap. Memang, kadang suatu keterbatasan justru bisa menimbulkan keistimewaan.

Jalan Ahmad Yani, salah satu jalan utama di Pacitan

 Jalan di sebelah utara alun-alun Pacitan 
 
Masalah belanja, jangan mengharapkan bertemu mall disini. Alih-alih pusat perbelanjaan, yang bakal ditemui “hanyalah” toko-toko, dengan dua toserba terbesar yakni Luwes dan Enggal. Kalau saya sih lebih suka ke toserba yang disebutkan kedua, lebih dekat rumah :). Masalah pakaian, ada “Jakarta Bandung” disini. Toko ini mengkhususkan pada penjualan berbagai jenis pakaian saja. Menurut saya tiga toko yang saya sebutkan ini merupakan 3 toko terbesar di Pacitan, memang tidak bisa dibandingkan dengan pusat perbelanjaan di Surabaya, namun setidaknya bagi sebagian (besar) masyarakat Pacitan, bisa dikatakan: “It’s enough” lah… Bagi yang tetep kekeh ingin mencari mall di Pacitan, silahkan ke Jogja atau Solo….

Kondisi geografis Pacitan yang sebagian besar berbukit dan tandus kurang cocok untuk pertanian padi. Persawahan mungkin hanya banyak ditemui di daerah kecamatan Kota dan sekitarnya yang cenderung “lebih basah”. Sisanya sebagian besar ditanami dengan singkong sehingga komoditi inilah yang menjadi salah satu komoditi unggulan Pacitan. Dari singkong jugalah makanan khas Pacitan dihasilkan, yakni nasi tiwul. Nasi yang dibuat dari tepung singkong ini biasanya dicampur dengan nasi putih dan digunakan sebagai pengganti nasi. Rasanya, hm… mak nyus… endang bambang gulindang deh kata Pak Bondan, hehe. Yakin deh, makan tiwul lebih mengenyangkan daripada nasi putih.  Recommended destination for this: Warung makan Bu Gandhos di Tamperan (di dekat Pantai Teleng Ria). Jika ada yang tanya tentang gaplek, setau saya itu singkong yang dikeringkan, yang jika ditumbuk dan dimasak ya menjadi tiwul itu. Yang dimaksud gaplek oleh dosen kita yang “bahkan anjingpun terkaing-kaing jika dilempari dengannya”saya kurang tahu, tapi jika dari diskripsinya Pak Dosen, sepertinya itu malah ampasnya singkong. Hasil dari perasan singkong yang telah diambil sarinya. Sepertinya ngenes juga kalau makan iu :s

 Persawahan di Pacitan 


 Gaplek

 Nasi Tiwul 

Dari deskripsi di atas mungkin sebagian pembaca menjadi ilfil dengan Pacitan. Eeitsss.. tunggu dulu, kita belum sampai pada GONG nya. Walaupun untuk menjangkau Pacitan dirasa sangat melelahkan bagi sebagian orang, namun semuanya itu akan segera terbayar dengan segala keindahan yang ada disana. Wisata pantai dan goa merupakan dua wisata yang menjadi unggulannya. Pacitan memiliki beberapa pantai yang menarik dan tentunya, INDAH. Saya jelaskan sekilas ya, biar jadi referensi..

1.      Pantai Teleng Ria
Pantai ini bisa dikatakan sebgai pantai paling poluler di Pacitan mengingat pantai ini terletak tidak jauh dari kota dengan fasilitas yang menunjang. Pasirnya yang halus dan pantainya yang landai menjadikan pantai ini tempat favorit bagi wisatawan untuk bermain air. Menurut saya sih pantai ini lebih aman dibandingkan pantai-pantai yang lain karena ombaknya tidak terlalu besar. Hampir tiap lebaran saya selalu ke pantai ini bersama saudara-saudara, cukup untuk bermain air saja melihat-lihat suasana. Kadang juga beli cinderamata. Kalau ke Pacitan wajib dikunjungi deh. Teman sekampus yang pernah kesini yaitu Sita P.V.N.R.T dan Kak Heru ;)




 Pantai Teleng Ria


Pantai Teleng dilihat dari Warung Makan B.G

2.      Pantai Srau
Pantai ini terletak 25 km dari Kota Pacitan. Karakteristik pantainya sangat berbeda dari pantai Teleng Ria. Pantai berpasir putih ini cenderung curam dengan batu karang di bawah dan sekelilingnya. Saat surut, kita bisa dengan leluasa berjalan di atas karang-karang tersebut, sambil mencari kerang atau hewan laut misalnya. Kadang ada juga si Patric dan Sponge Bob, kalo Squid Ward saya tidak pernah lihat. Saat pasang, jangan coba-coba. Ombak di pantai ini cukup besar.

 Pantai Srau

3.      Pantai Klayar
Pantai ini menjadi salah satu pantai terindah di pacitan dan sering dijadikan sebagai objek fotografi dan destinasi bagi beberapa program televisi wisata. Memang sih, pantai ini sangat menawan. Terletak 35 km dari Kota Pacitan pantai ini nampak masih perawan. Kita bisa menemukan seruling laut disini. Kak Heru pernah kesini lo teman-teman C26 Kimia ITS :)




4.      Goa Gong dan Goa Tabuhan
Goa Gong bisa dikatakan sebagai goa terindah di Pacitan. Bahkan diklaim sebagai goa terindah di Asia Tenggara. Memang goa ini dilengkapi dengan stlagtit dan stalagmit yang memukau, tampak begitu indah dan bersinar dengan air yang masih menetes. Goa ini menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan ke Pacitan. Selain Goa Gong ada Juga Goa Tabuhan. Walaupun tidak seindah Goa Gong, goa ini unik karena bisa menghasilkan suara layaknya gamelan. Memang demografi Pacitan yang benyak terdiri dari bukit-bukit kapur (karst) memungkinkan terjadinya banyak gua, sehingga tak salah jika Pacitan dikenal dengan nama Kota Seribu Satu Goa.

Salah satu sudut Goa Gong

Pemusik di Goa Tabuhan

5.      Pemandian Air Hangat Tirto Husodo
Pemandian ini merupakan pemandian air hangat alami yang terletak di Kecamatan Arjosari. Tapi saya kurang tertarik dengan tempat ini. Saya punya urusan pribadi dengan yang namanya kolam.


6.      Monumen Panglima Besar Jendral Sudirman
Sebenarnya ada 2 minumen Jendral Sudirman di Pacitan, yang pertama di sebelah jalan raya menuju Jawa Tengah, di Tumpak Rinjing tepatnya. Yang kedua berada di Desa Pakis Kecamatan Nawangan. Monumen yang di Nawangan lah yang jauh lebih megah, bahkan monumen ini diresmikan oleh Presiden SBY. Terus terang saya belum pernah ke tempat ini. Seperti  namanya, Nawangan, monumen ini seperti di “awang-awang”, tempat yang begitu tinggi di Pacitan, yah,.. semacam puncaknya Pacitan lah. Takut juga pergi kesana naik motor sendirian.


Monumen Jendral Sudirman di Nawangan
Monumen Jendral Sudirman di Tumpak Rinjing

That’s all about Pacitan. Tentu semuanya itu berasal dari sudut pandang saya. Di sini saya hanya ingin berbagi informasi tentang kota kelahiran saya. Harapannya sih semoga kota ini bisa terus berkembang dengan tetap mempertahankan nilai budaya yang ada. Semoga suatu saat saya bisa menyambut teman-teman dengan ucapan “Selamat Datang di Pacitan…:D”

Special thanks to:
1.      Krisna Puji Rahmayanti atas gambar-gambar orisinil Pantai Klayarnya. It’s awesome. Terus berkarya Kris :)!
2.      Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Pacitan untuk informasi penunjang


S    Sumber-sumber lain:
      http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pacitan
http://bisnisukm.com/potensi-bisnis-kekayaan-alam-daerah-pacitan.html
http://wisatadijawa.blogspot.com/2011/02/indahnya-pantai-klayar.html 
http://puspamentari.wordpress.com/2009/01/04/pacitan-jawa-timur-goa-gong-dan-goa-tabuhan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar